Guru ANTI MAENSTREAM


Ini cerita tentang kehidupan nyataku yang aku tambah-tambahin dengan cast BTS, cerita tersebut hanya untuk lucu-lucuan, jika ada kesamaan cerita itu hanya kebetulan saja ^Happy Reading^
 
Perkenalkan, namaku Jeon Jungkook, bukan posisi duduk itu lo ya ‘Jongkok’, aku  dulu sekolah Madrasah Tsanawiyah dikotaku namanya MTsN SOPA aku masih ingat, saat itu hari Senin, pokoknya aku inget waktu pake seragam serba putih dan lengkap dengan topi, dasi, dan sabuk hitam. Setelah upacara hari senin, seperti biasa aku akan pergi kekantin untuk membeli minuman bersama dengan temanku Jimen, ya nama lengkapnya Park Jimin, tapi aku selalu memanggilnya Jimen
“eh Men, ayo kekantin, gue haus nih” aku mengajak temanku itu
“Ayo, disana pasti  ada cewe-cewe cantik” gila memang, temanku yang satu ini sangat gila terhadap cewe yang lewat didepannya, kadang aku bergidik ngeri saat dia juga menggodaku ihhh.
“Cewee” “Iya dek, mau  beli apa?” “Hatimu dijual gak mba? Sekilo berapa?” goda Jimin pada emba-emba penjaga kantin
“Dasar autis!” emba tadi menyiram Jimen dengan air bekas cucian piring batagor
 “Hahahahaha” aku hanya tertawa renyah saat itu, memang banyak yang mengatai kami anak autis, ya memang aku dan Jimen ini anak program percepatan (Acceleration Class Programe) namanya aja percepatan, tak jarang jika banyak siswa yang memuji kami dengan sebutan “Autis ya? Cepet banget mikirnya, nanti tambah gila lo” sekalipun kata-kata itu  tak terdengar, malah hal itulah yang menyemangatiku.
 Akupun segera meninggalkan kantin dan hendak menuju kekealas
 “Eh, kook, abis ini pelajaran biologi kan?” Jimen mengajaku bicara “Eh iya, udah ngerjain tugas?” kataku mengingatkannya
 “Udah lah, lagi pula salah atau tidak salah kan tetep ngerjain, walaupun nantinya salah semua, hehe” gue hanya menatap datar Jimen.
Aku dan Jimin mempercepat langkahku menuju kelas, huh untung saja aku dan dia tidak terlambat, seorang pria paruh baya memasuki kelasku, dengan rambut yang tersisir rapi dan tas jenjengnya yang mungkin berisi buku tebal dengan laptopnya. Nama guruku ini adalah Min Suga Mudi Adjruin kami biasa memanggilnya pak Suga kenapa begitu? Karena senyumnya yang semanis gula.
Saat beliau memasuki kelas, kurasakan aura yang aneh dalam ruangan ini, semua aura seram teringat orang ini adalah orang yang terkenal ANTI MAENSTREAM. Beliau tiba-tiba menatapku tajam ‘Sial! Kenapa aku duduk dibangku paling depan’ kataku dalam hati
“Ada apa liat saya?” tanyanya seperti mengintrogasi
“Tii..tidak pak hanya saja, saya ingin bertanya” jawabku gugup
“Tanya apa?”
“Sepatu bapak kemana ya?” aku sambil menunjuk-nunjuk kakinya yang memakai sandal jepit, *Hahahahahahaha seluruh ruaangan ini berubah menjadi gaduh, pak Suga hanya men-death glare satu persatu murid yang ada dikelas ini sehingga suasana kelas menjadi senyap kembali
“Saya tadi habis solat duha dan sepatu saya tadi basah, jadi maaf kalo saya pakai sandal jepit” jelasnya sambil mendaratkan tubuhnya pada kursi yang disediakan untuk guru
“Assalamualaikum wr. wb., silahkan buka buku biologi halaman 25 bab reproduksi” kata bilau sambil memakai kacamatanya
“Iya bapak sayang” sudah kubilang Jimin!! Pak Suga itu ANTI MAENSTREAM kau tetap saja menggodanya
“Jimiiiinnn! Berdiri didepan! SEKARANG!” benarkan kubilang. Teman yang tadinya duduk disampingku beralih berdiri didepan kelas ‘mati kau!’ pikirku dalam hati, karena sekarang aku duduk sendirian
Kurasa beliau sekarang menatapku tajam ‘sial!’ apalagi maunya?, aku gugup dan salah tingkah *braakk kebiasaanku saat gugup kakiku akan refleks menendang sesuatu didekatku ‘mati aku!’ bukuku matematika yang tadinya ada di laci jatuh secara tiba-tiba
“Apa itu? Buku matematika? Jadi saat bapak menerangkan sedari tadi kamu tidak memperhatikan ya?” tanyannya membentak
“Ttt...Tidak pak” jawabku lantang sambil memejamkan mata
“Tidak!!!” bentaknnya lagi
“Maksud saya saya tidak, itu saya memperhatikan bapak, tadi buku saya yang dilaci jatoh sendiri pak” aku mencoba menjelaskan, semoga saja beliau paham
“Keluar dari kelas ini!!!!” bentakknya sambil menunjuk pintu yang terbuka
“Ya pak!!” aku hanya keluar dari sana dan saat aku menatap Jimin yang berdiri didepan dia hanya nyengir kuda dan bilang “Hati-hati diluar sana sayang” sumpah ini sungguh menggelika!, mati saja kau Jimin!. Sungguh menurutku hari itu adalah hari paling keji, tapi aku bersyukur bisa mendapatkan pengalaman seperti itu.


Halmenak Puspitasari Story Line

0 komentar:

Posting Komentar

 
  • So For More © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes